Rabu, 11 Februari 2009

“ Aqidah Wajib Bersih dari Berbagai bentuk Kemusyrikan ”

“ Aqidah Wajib Bersih dari Berbagai bentuk Kemusyrikan ”

Oleh: Al-Ustadz KH. Abu Bakar Ba’asyir

(Ketua Tandzim Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT))

Editor: Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy, dkk.

Segala Puja dan puji hanya milik Alloh Ta’ala. kita memuji, meminta pertolongan, memohon ampun kepada-Nya, kta berlindung kepada-Nya dari keburukan perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan sebaliknya, barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh Azza wa Jalla, maka tidak ada yang memberi petunjuk kepadanya. Kita bersaksi tidak ada yang berhaq disembah melainkan Alloh satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan kita bersaksi bahwa Rasululloh Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Amma Ba’du.

“ Sebaik-baik petunjuk ialah Kitabullah (Al-Qur’an), serta sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Rasulullah yakni Sunnahnya, dan seburuk-buruk perbuatan dan perkataan ialah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan ialah Bid’ah dan setiap KeBid’ahan itu sesat serta setiap kesesatan itu ialah tempatnya di dalam Naar (Neraka) “.

Aqidah Islamiyyah atau Tauhid adalah merupakan inti dan ruhnya Dienul Islam, yang menentukan diterima dan tidaknya amal seseorang. Peranan aqidah/tauhid dalam Dienul Islam dapat diumpamakan seperti peranan Ruh di dalam badan. Semua anggota badan dapat hidup dan bergerak serta bernilai tinggi (sehingga tidak dapat dinilai dengan uang), itu semua disebabkan adanya Ruh. Kalau Ruh tersebut tiada lagi maka matilah semua badan dan anggotanya dan tidak mampu lagi bergerak dan nilainyapun jatuh tiada berharga lagi.

Demikian pula semua pengamalan Syari’at Islam akan hidup dan bernilai tinggi di sisi Alloh Subhanahu’ Wa Ta’ala dan akan mewujudkan manfaat di dunia dan akhirat, apabila didasari Aqidah/Tauhid yang bersih dari berbagai bentuk kemusyrikan. Tetapi apabila amalan itu semua ditaburi kemusyrikan sehingga rusaklah Aqidah dan tauhid, maka amalan itu semua tidak ada harganya lagi di sisi Alloh baik di dunia maupun di akhirat, karena amalan itu sudah mati tidak ada ruhnya lagi dan Alloh tidak akan menerima amal yang semacam ini.

Maka amal orang kafir, betapapun baiknya, tidak ada nilainya di sisi Alloh sebab ia merupakan amal mati yang tidak ada Ruhnya yakni, karena tidak didasari Aqidah dan Tauhid. Amal semacam ini oleh Alloh diumpamakan sebagai debu yang berterbangan, yakni tidak ada nilainya dan hilang tanpa membawa manfaat baginya. Alloh berfirman: ” Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan ”. (QS. Al-Furqan: 23). Dalam ayat lain, Alloh menerangkan bahwa orang kafir kelak di akhirat tidak mempunyai hasil amal baiknya di dunia sedikitpun. Hal ini diumpamakan sebagai orang yang kehauasan dibawah terik matahari mengejar fatamorgana yang dikira air.

Firman Alloh Subhanahu’ Wa Ta’ala: ” Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orangorang yang dahaga, tetpi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapaun. Dan didapatinya (ketetapan) Alloh disisinya, lalu Alloh memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Alloh adalah sangat cepat perhitungan-Nya ”. (QS. An-Nur: 39). Bahkan meskipun yang beramal baik itu seorang Muslim tetpi amal itu tidak didasari dan didorong oleh Aqidah/Tauhid yang bersih, sehingga amal tersebut tercampur dengan Bid’ah dan Kemusrikan, maka amal itu tidak akan diterima dan si-sia di sisi Alloh karena diwarnai Kemusyrikan dan Bid’ah yakni Tidak ada contohnya dari Islam namun diada-adakan (dibuat-buat).

Firman Alloh Azza wa Jalla: ” Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ” Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi ”. (QS. Az-Zumar: 65). Maka syarat utama mengamalkan Dienul Islam adalah Aqidah/Tauhid harus benar-benar dijaga agar bersih dari berbagai bentuk Kemusyrikan dan Kebid’ahan. Adapapun bentuk-bentuk kemusyrikan yang wajib dibersihkan dari pengamalan Dienul Islam diantaranya meliputi:

  1. Kemusyrikan karena mempertuhankan Binatang.
  2. Kemusyrikan karena mempertuhankan Harta Benda.
  3. Kemusyrikan karena mempertuhankan sesama Manusia.
  4. Kemusyrikan karena mempertuhankan Hawa Nafsu.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Wa’akhiru Dakwathuna. Subhanakallohumma’ Wabihamdikaa’ Ashadu’alaa ‘illaa Anta Astaqfiruka Wa’athubuhu ‘Ilaika. Nun Wal Qolami Wamaa’ Yasthurun, Walhamdulillahirobbil Alamien. Wallohu’ Ta’ala A’lam bish Showab.

Dan segala puji bagi Alloh Robb semesta alam dan shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam dan keluarganya dan para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar