Rabu, 11 Februari 2009

“ Menjaga Amanah Alloh ”

“ Menjaga Amanah Alloh ”

Oleh: Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy

Segala Puji serta Syukur hanya milik Alloh Azza wa Jalla Rabb semesta alam, Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu’Alaihi wa Sallam, Shahabat, Keluarganya dan orang-orang yang tetap mengikuti milahnya sampai akhir zaman

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Alloh dan Rosul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui “. (QS. Al-Anfal:27).

Sebab-sebab turunya ayat di atas ada beberapa versi, antara lain riwayat dari Al-Kalbi, bahwa Abu Lubabah bin Abdul Mundzir diutus oleh Nabi Shallallahu’ Alaihi wa Sallam pada Bani Quraidzah (sebuah suku Yahudi Madinah yang telah melanggar perjanjian waktu perang Khandak), sebab dia selama ini adalah shahabat baik dari suku tersebut. Dia juga menitipkan harta dan anak-anaknya pada Bani Quraidzah. Setelah bertemu dengan para pemuka Yahudi itu, dia sampaikan usulan Nabi Shalallahu’Alaihi wa Sallam agar mereka menyerah pada Sa’ad bin Mu’adz yang diperintahkan Nabi Shalallahu’Alaihi wa Sallam untuk menangani kasus mereka. Lalu pemuka Yahudi bertanya, “ Jika mereka turun, apa kira-kira hukuman yang dijatuhkan pada mereka” Lalu dengan tidak piker panjang Abu Lubabah menggesekkan tangan ke lehernya, mengisyaratkan akan dibunuh semua. Kelancangan Abu Lubabah itulah yang ditegur oleh ayat di atas.

Setelah turun ayat ini, Rosululloh Shalallahu’Alaihi wa Sallam memanggil isteri Abu Lubabah dan bertanya, “ Apakah Abu Lubabah tetap mengerjakan shaum dan sholat. Dan adakah dia mandi junub setelah bersetubuh? “ Isterinya menjawab, “ Dia Shaum, Sholat dan mandi junub, bahkan cinta kepada Alloh dan Rosul-Nya “. Nabi bertanya demikian, karena meragukan keimanannya, sehingga isterinya ditanya tentang kehidupannya, apakah dia Islam atau Munafiq. Isterinya menjawab pasti dia shaum, sholat dan setelah bersetubuh dia tetap mandi junub. Ini menunjukkan keimanannya baik. Tapi ia telah berkhianat, lancang dan membuka rahasia, yang merupakan perbuatan orang Munafiq.

Abu Lubabah memang bukan orang munafiq, tetapi karena kelancangannya dia telah dicap sebagai penghianat. Setelah turun ayat ini, Abu Lubabah merasa sangat menyesal, sebab Alloh sendiri telah menuduhnya sebagai penghianat, kemudian dia segera bertaubat. Menurut Riwayat Qatadah dan Az-Zuhri, taubatnya itu lain sekali. Dia bersumpah untuk tidak makan dan minum, sampai diberi ampun oleh Alloh. Kemudian dia mengikatkan diri di tonggak masjid sampai sembilan hari, tidak makan dan tidak minum sampai jatuh pingsan. Setelah Alloh menerima taubatnya, beberapa orang dating memberitahu bahwa Alloh telah menerima taubatnya dan mereka hendak melepas ikatannya. Tetapi Abu Lubabah bersumpah bahwa dia tidak mau dilepas kecuali oleh Rosululloh Shalallahu’Alaihi wa Sallam. Beliau pun melepas ikatannya. Setelah bebas Abu Lubabah berkata, “ Ya Rosululloh, saya bernadzar untuk mensedekahkan seluruh harta saya “. Beliau menjawab, “ Jangan semuanya, cukup sepertiga saja “.

Walaupun ayat ini turun mengenai Abu Lubabah, tetapi maksudnya umum. Ayat ini menjadi peringatan keras bagi umat Islam untuk teguh dan setia dalam memegang amnat. Tak ada artinya sholat, shaum, taat beribadah apabila seseorang tidak setia kepada amanah. Kata amanah mempunyai akar kata yang sama dengan kata iman dan aman, sehingga mukmin berarti beriman dan mendatangkan keamanan, juga memberi dan menerima amanah. Oleh para Ulama amanah itu dibagi menjadi 3 (tiga) yakni:

  1. Amanat manusia pada dirinya sendiri

Menurut Imam Ar-Razi termasuk dalam hal ini adalah amanat dalam memilih yang baik bagi dirinya untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Termasuk menuntut ilmu (terutama ilmu Syar’i yang diutamakan-Red), bermata pencaharian, tidak menganggur, menjaga kesehatan, berobat kalau sakit, menjaga diri dari penyakit menular dan segala hal yang merusak tubuh.

  1. Amanat terhadap sesama manusia

Termasuk menyampaikan kiriman pada yang berhak, menyimpan titipan sampai yang punya datang meminta, menyimpan rahasia, menjaga hubungan silaturrahmi, mentaati undang-undang (terutama hukum undang-undang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadist)-Red), memelihara keamanan rakyat dan sebagainya

  1. Amanat manusia dari RaabNya

Amanat inilah yang disinggung dalam firman Alloh. “ Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikulnya dan merasa berat, dan dipikul amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amant dzalim dan bodoh “. (QS. Al-Hasyr: 72). Menurut Imam Al-Qaffal, ayat ini hanya perumpamaan, yang ditekankan di sini ialah perhatian kita terhadap amanat yang Alloh letakkan di atas pundak manusia.

Imam Al-Qurtubi menyalin dalam tafsirnya, “ Ini adalah kata majaz atau kiasan. Langit, bumi dan gunung-gunung merasa berat memikul (apalagi manusia), sebab itulah manusia hendaknya berhati-hati “. Ada bebarapa pendapat ulama tentang maksud amanah pada ayat tersebut, yaitu: Agama, hal-hal yang difardlukan, batas-batas yang ditentukan oleh Alloh, taat kepada Alloh, sholat, shaum, wanita yang diamanati menjaga kehormatannya, dan mandi janabat.

Mengomentari pendapat-pendapat ini, Imam Ibnu Katsir berkata, “ Semua pendapat ini tidak bertentangan satu titik persamaan bahwa amanat ialah semua pembebanan hukum, dan menerima beban itu dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan dengan segala konsekuensinya. Jika ia melaksanakan beban itu, diberi pahala dan ganjaran, sebaliknya, jika ia tinggalkan, ia akan dihukum dan disiksa “.

Dalam kehidupan sehari-hari, amanat Alloh kepada manusia antara lain:

  1. Ilmu pengetahuan yang Alloh berikan pada manusia. Amanah berupa ilmu ini harus kita tunaikan dengan mengamalkan dan mengajarkannya pada orang lain. Rosululloh Shalallahu’Alaihi wa Sallam mengecam keras orang yang berkhianat dalam hal ilmu tersebut. Dalam sebuah hadist beliau bersabda: “ Barangsipa ditanya tentang suatu ilmu pengetahuan, lalu menyembunyikannya, niscaya dia akan dikekang di hari kiamat dengan kekangan yang terbuat dari api neraka “. (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)
  2. Pekerjaan atau usaha tempat kita mencari rizki adalah amanat Alloh yang harus ditunaikan dan dipelihara sebaik-baiknya dengan menepati waktu dan menjaga kejujuran. Jadi menyia-nyiakan waktu dalam tugas kerja ialah khianat. Begitu juga korupsi, menyalahgunakan jabatan, manipulasi data dan sebagainya adalah khianat. Kalau semua pejabat dan pegawai juga rakyat jujur di dalam menunaikan amanat mereka, pastilah suatu bangsa akan maju pesat dan rencana pembangunan akan berjalan lancer sehingga target yang telah ditentukan akan mudah tercapai.
  3. Isteri atau suami adalah amanat Alloh, oleh karena itu masing-masing harus memelihara satu sama lain. Suami harus memelihara hak-hak isteri, seperti memberinya nafkah dan membimbing agamanya. Sebaliknya isteri harus memelihara hak-hak suami, seperti mentaati dan melayani sebaik-baiknya.
  4. Harta, Rumah, Pakaian dan semua yang Alloh izinkan untuk kita adalah amanah. Semuanya harus kita tunaikan haknya dengan dikeluarkan sedekah dan zakatnya serta kita rawat dan pelihara dengan baik. Apabila semua amanah tersebut kita tunaikan maka kita akan memperoleh kekayaan rohani yang tak ternilai banyaknya. Rosululloh Shalallahu’Alaihi wa Sallam bersabda: “ Empat perkara yang jika engkau pelihara baik-baik, kayalah engkau walaupun banyak kemegahan dunia yang tidak engkau capai yaitu: Memelihara amanah; Berkata jujur; Peragai yang baik; Mengendalikan kerakusan makan “. (HR. Ahmad dari Abdullah bin ‘Amr).

Sekian Barakallohu’ Fiik, Semoga tulisan ini bermanfaat. Wa’akhiru Dakwathuna. Subhanakallohumma’ Wabihamdikaa’ Ashadu’alaa ‘illaa Anta Astaqfiruka Wa’athubuhu ‘Ilaika. Nun Wal Qolami Wamaa’ Yasthurun. Wallohu’ Ta’ala A’lam bish Showab.

Dan segala puji bagi Alloh Robb semesta alam dan shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam dan keluarganya dan para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

1 komentar: