Rabu, 11 Februari 2009

HADIST AHAD ADALAH HUJJAH DALAM AQIDAH DAN LAINNYA

HADIST AHAD ADALAH HUJJAH DALAM AQIDAH DAN LAINNYA

(BANTAHAN TERHADAP HIZBUT TAHRIR)

I. Definisi Hadist Ahad.

Hadist Ahad adalah hadist yang tidak terpenuhi didalamnya syarat-syarat Mutawatir, hadist ahad terbagi menjadi tiga yaitu Mashur, ‘Aziz dan Ghorib. Masyur adalah hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih selama tidak sampai kepada derajat mutawatir.

‘ Aziz adalah hadist yang diriwayatkan oleh dua orang walaupun jumlah itu hanya ditemui pada salah satu tobaqot sanad. Ghorib adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang rowi walaupun hanya dijumpai pada salah satu tobaqot sanad.

II. Hukum Hadist Ahad dan dalil-dalilnya.

Ulama hadist bersepakat akan wajibnya beramal dengan hadist Ahad, kata Ibnu ‘Abdil barr (463H): “ Para ulama dari ahli fiqih dan atsar diseluruh negri bersepakat untuk menerima kabar wahid yang adil dan mewjibkan beramal dengannya, diatas pendapat inilah seluruh fuqoha disetiap masa dari masa sahabat samapai hari ini kecuali khowarij dan sekelompok dari ahli bid’ah yang tidak dianggap khilafnya “. (Attamhiid 1/2).

Kata Alkhothiib albaghdady (463H): “ dan beramal dengan kabar wahid adalah pendapat seluruh tabi’in dan generasi setelahnya dari para fuqoha diseluruh negri sampai zaman ini dan belum sampai kepada kami bahwa salah seorang dari mereka mengingkari tidak juga menentangnya, jadi jelas keyakinan mereka seluruhnya adalah wajibnya menerima (hadist ahad)… “ . (Alkifayah hal.31).

Kata alhafidz Ibnu Hajar (852H): Para ulama bersepakat akan wajibnya beramal dengan setiap yang sah dari kabar walaupun tidak dikelurakan oleh Bukhari dan Muslim (dalam shahih mereka) “. (Nuzhatunnadzor).

CATATAN

Kata-kata mereka “ wajib menerima hadist ahad “ tercakup didalamnya masalah ‘aqidah maupuin ahkaam (hukum) dan ini adalah madzhab seluruh ahlussunnah, kata Ibnu ‘abdilbarra (463): “ dan semuanya (ahli fiqih dan atsar) meyakini kabar wahid yang adil dalam ‘aqidahm memusuhi dan berloyalitas diatasnya dan menjadikannya sebagi syari’at dan agama dalam keyakinannya dan itulah pendapat jama’ah ahlussunnah…”. (Attamhiid 1/8).

Ketika Imam ahmad ditanya tentang hadist ru’yah (melihatnya kaum mukminin kepada Alloh pada hari kiamat) jawab beliau: “hadist-hadist yang shahaih kita imani dan tetapkan, dan setiap yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu’ Alaihi wa Sallam dengan sanad yang jayyid kita imani dan tetapkan “. (Syarah Ushul I’tiqod oleh: Al-Lalikaiy 3/507 no.889) Beliau tidak mensyaratkan mutawatir dalam kabar tapi beliau hanya menyaratkan shahih saja.

Kata ‘ Abbas adduury: “ Saya mendengar Abu Ubaid alqoosim bin Salaam menyebutkan bab yang diriwayatkn didalam hadist ru’yah, hadist kursi tempat dua kaki, hadist tertawanya Alloh kepada hambanya yang berputus asa, hadist dimana Alloh sebelum menciptakan langit dan bumi, hadist bahwa jahannam tidak pernah penuh sampai Alloh memasukan kaki-Nya kedalamnya sehingga jahannam mengatakan: “ cukup ! cukup ! “. Dan hadist-hadist lainnya yang serupa, kata beliau: “ Ini adalah hadist-hadist shahih yang dibawa oleh ahli hadist dan ahli fikih sebagian mereka dari sebagian lainnya dan semuanya disisi kami benar tidak ada keraguan didalamnya “. (Riwayat Daaruqutny dalam Kitab Assifat hal. 41-42).

Ahmad bin nashr bertanya kepada Sufyan bin Uyainah: “ bagaimana pendapat anda tentang hadist abidah dari Abdullah dari Nabi Shallallohu’ Alaihi wa Sallam bahwa Alloh membawa langit dengan jari, bumi dengan jari, juga hadist bahwa hati manusia diantara dua jari Arrohman dan hadist bahwa Alloh kagum dan tertawa ? “ Jawab Imam Sufyan: “ hadist-hadist itu sebagaimana dzohirnya kita imani dan sampaikan tanpa bertanya bagaimana (tata cara sifat tersebut) “. (Riwayat Daaruqutny dalam Kitab Assifat hal. 41-42).

Kata Imam Al-Aajurry setelah menyebutkan hadist-hadist yang menunjukkan bahwa Alloh tertawa: “ dan semua hadist-hadist ini kita imani, tanpa bertanya bagaimana (tata caranya) karena para ulama yang menukil hadist-hadist ini mereka pula yang menukil hadist-hadist tentang tharah, shalat, zakat, puasa (shaum), haji, jihad, dan seluruh hukum halal dan haram, para ulamapun menerimanya dengan penerimaan yang baik dan tidak menolak hadist-hadist ini, kecuali mereka yang berpegang dengan madzhab mu’tazilah, barangsiapa yang memungkiri dan menolak hadist-hadist ini, atau bertanya bagaimana tata caranya maka tuduhlah dia dan berhati-hatilah darinya “. (Assyari’ah 2/61-62 Tahqiq Alwaliid bin Muhammad bin Nabih Seif Annaashir).

Kata beliau juga ketika akan menyebutkan hadist-hadist tentang turunnya Alloh kelangit dunia: “ Mengimaninya adalah wajib, dan tidak boleh bagi seorang Muslim yang berakal untuk bertanya bagaimana tata cara turunNya ? dan tidak ada yang menolaknya kecuali mu’tazilah, adapun ahlulhaq mereka mengatakan tata caranya, karena kabar dari Rosululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam telah shahih bahwa Alloh turun kelangit dunia setiap malam, dan para ulama yang menukil kabar ini adalah mereka yang menukil hadist-hadis tentang hukum halal dan haram, shalat, puasa, haji dan jihad, sebagaimana para ulama menerima hadist-hadist ini merekapun menerima hadist-hadist tentang turunnya Alloh kelangit dunia, mereka juga mengatakan: “ Barangsiapa yang menolaknya maka dia sesat dan khobiits (jelek), mereka berharti-hati darinya dan memperingatkan umat akan kesesatannya “. (Assarii’ah 2/93).

Kemudian beliau menyebutkan perkataan para ulama diantaranya perkataan Imam Syariik alqadly ketika disebutkan kepada beliau hadist turunnya Alloh kelangit dunia: “ sesungguhnya orang yang membawa hadist ini adalah mereka yang membawa dari Rasululloh hadist-hadist tentang shalat, puasa, zakat dan haji, jihad dengan hadist-hadist ini kita dapat mengenal Alloh Rabbul Izzati.

Kata Imam Asy-Syafi’i: “ Tidak ada dalam sunnah Rasululloh kecuali kita diperintahkan oleh Alloh untuk mengikutinya, adapun masalah bagaimana (tata cara sifat-sifat Alloh) yang telah ditunjukkan oleh sunnah bukanlah pekerjaan orang ‘alim “.

Kata Imam Ishaq bin Manshur alkausaj setelah mengatakan kepada Imam Ahmad tentang hadist turunya Alloh kelangit dunia, hadist bahwa ahli syurga akan melihat Alloh, juga hadist larangan memukul muka karena Alloh menciptakan Adam dengan rupanya, hadist pengaduan neraka kepada Alloh sehingga Alloh meletakkan kakiNya kedalam neraka, dan hadist bahwa Nabi Musa menempeleng malaikat maut, kata beliau: “ hadist-hadist ini shahih, tidak ada yang mengingkarinya kecuali ahli bid’ah atau orang yang lemah akal “. ((Assarii’ah 2/93).

Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah setelah menyebutkan hadist bahwa Alloh turun kelangit dunia, dan hadist bahwa Alloh gembira melihat hambanya yang bertaubat, juga hadist bahwa Alloh tertawa kepada dua orang yang saling membunuh dan kedua-duanya masuk syurga, dan hadist bahwa Alloh meletakkan kakinya dineraka,sehingga neraka mengatakan: “ cukup ! cukup ! serta hadist lainnya, kata beliau: “ Sesungguhnya golongan selamat –ahlusunnah- mengimaninya sebagaimana mereka mengimani Al-Qur’an, tanpa tahrif dan ta’thil, tanpa takyif dan tamtsil, bahkan mereka adalah golongan tengah-tengah.

Dibuat Oleh: Abu Hanifah Muhammad Faishal alBantani al-Jawy

(Tigaraksa-Tangerang) 23 Februari, 2008

Saudaraku Ingatlah 5 Slogan Kebenaran ini:

1. Tegakkan Tauhid, Lenyapkan Syirik…!!

2. Terapkan Syari’at Alloh Azza wa Jalla…!!

3. Wujudkan Masyarakat Islami…!!

4. Hidupkan Sunnah, Matikan Bid’ah…!!

5. Tinggalkan Kemaksiatan & Kemungkaran…!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar